Rabu, 24 September 2008

Leo tolstoy

Pangeran Lev Nikolayevich Tolstoy (9 September 1828 – 20 November 1910, N.S.; 28 Agustus 1828 – 7 November 1910, K.J.) adalah seorang sastrawan Rusia, pembaharu sosial, pasifis, anarkis Kristen, vegetarian, pemikiran moral dan seorang anggota berpengaruh dari keluarga Tolstoy.

Tolstoy secara luas dianggap sebagai salah seorang novelis yang terbesar, khususnya karena adi karyanya Perang dan Damai dan Anna Karenina. Dalam cakupan, luasnya, dan gambarannya yang realistik mengenai kehidupan Rusia, kedua buku ini berdiri pada puncak fiksi realistik. Sebagai seorang filsuf moral ia terkenal karena gagasan-gagasannya tentang perlawanan tanpa kekerasan melalui karyanya Kerajaan Allah ada di Dalam Dirimu, yang pada gilirannya mempengaruhi tokoh-tokoh abad ke-20 seperti Mahatma Gandhi dan Martin Luther King, Jr..
Masa muda
Tolstoy dilahirkan di Yasnaya Polyana, tanah keluarganya yang terletak di wilayah Tula, Rusia. Ia adalah anak keempat dari lima bersaudara di dalam kelaurganya. Orangtuanya meninggal ketika ia masih kecil, karena itu ia dibesarkan oleh sanak keluarganya. Tolstoy belajar hukum dan bahasa-bahasa Oriental di Universitas Kazan pada 1844 hingga akhirnya ia meninggalkan Universitas itu. Dosen-dosennya menggambarkan dirinya "tidak mampu dan tidak mau belajar." Ia kembali di tengah-tengah studinya ke Yasnaya Polyana dan menghabiskan banyak waktunya di Moskwa dan St. Petersburg. Setelah terjerumus ke dalam utang yang besar karena berjudi, Tolstoy menemani kakaknya ke Kaukasus pada 1851 dan masuk ke dalam Tentara Rusia. Tolstoy mulai menulis sastra sekitar masa-masa kini. Pada 1862 ia menikah dengan Sofia Andreevna Bers, yang usianya 16 tahun lebih muda, dan mereka mempunyai 13 orang anak.
Pernikahannya dengan Sofia Andreevna Bers ditandai pada permulaannya oleh Tolstoy pada malam pernikahannya dengan memberikan buku hariannya kepada tunangannya. Buku-buku hariannya ini memuat catatan mengenai hubungan seksualnya dengan para petaninya. Meskipun demikian, awal kehidupan perkawinan mereka cukup bahagia dan tenang, dan memberikan Tolstoy banyak kebebasan untuk menulis adi karya sastranya, Perang dan Damai dan Anna Karenina. Kehidupan perkawinannya yang belakangan digambarkan oleh A.N.Wilson sebagai salah satu yang paling tidak bahagia dalam sejarah sastra. Hubungannya dengan istrinya semakin buruk ketika keyakinannya menjadi semakin radikal.
Novel dan karya-karya fiksinya
Tolstoy adalah salah satu dari raksasa dari sastra Rusia abad ke-19. Karyanya yang paling terkenal antara lain adalah novel-novelnya Perang dan Damai dan Anna Karenina, serta banyak karya-karya yang lebih singkat termasuk sejumlah novella Kematian Ivan Ilyich dan Hadji Murad.
Rekan-rekan sezamannya sangat menghormatinya: Dostoyevsky menganggapnya sebagai yang terbesar di antara semua novelis yang hidup saat itu, sementara Gustave Flaubert mencetus: "Seorang seniman hebat, seorang psikolog hebat!". Anton Chekhov, yang seringkali mengunjungi Tolstoy di tanahnya di pinggiran kota, menulis: "Ketika sastra memiliki seorang Tolstoy, menjadi penulis itu mudah dan menyenangkan; bahkan bila kita tahu bahwa kita sendiri tidak mencapai hasil apa-apa, itu tidak menjadi masalah karena Tolstoy yang berprestasi untuk kita semua. Apa yang dilakukannya berguna untuk membenarkan semua harapan dan aspirasi yang ditanamkan dalam sastra." Para kritikus dan novelis yang belakangan terus memberikan kesaksian terhadap seninya: Virginia Woolf menyatakan Tolstoy sebagai "yang terbesar di antara semua novelis" dan Thomas Mann menulis tentang seni penulisannya yang tampaknya jujur—"Jarang sekali suatu karya seni yagn begitu mirip dengan alam"—perasaan-perasaan yang juga dimiliki oleh banyak orang lainnya, termasuk Marcel Proust, Vladimir Nabokov dan William Faulkner.
novel-novel otobiografinya, Masa Kanak-kanak, Masa Kecil, dan Remaja (1852–1856), terbitan-terbitannya yang pertama, menceritakan tentang anak seorang tuan tanah yang kaya dan kesadarannya yang bertumbuh perlahan tentang perbedaan-perbedaan antara dirinya dengan teman-teman bermainnya yang keturunan penggarap. Meskipun dalam kehidupannya di kemudian hari Tolstoy menolak ketiga buku ini dan menganggapnya sentimental, banyak dari hidupnya disingkapkan dalam buku-buku ini, mereka masih relevan karena isinya menceritakan kisah yang universal tentang pertumbuhan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa.
Dalam resimen artileri Tolstoy berpangkat letnan dua selama Perang Krim. Ia mengisahkan semua ini dalam bukunya Sketsa-sketsa Sevastapol. Pengalaman-pengalamannya di medan pertempuran menolong dirinya mengembangkan pasifisme, dan memberikan kepadanya bahan untuk gambaran yang realistik tentang kengerian perang dalam karya-karyanya di kemudian hari.
Fiksinya secara konsisten berusaha menyampaikan secara realistik masyarakat Rusia yang ada pada masanya. Orang-orang Kosak (1863) menggambarkan kehidupan dan keadaan bangsa Kosak melalui cerita tentang seorang bangsawan Rusia yang jatuh cinta dengan seorang gadis Kosak. Anna Karenina (1877) mengisahkan cerita-cerita perumpamaan tenang seorang perempuan yang berzinah, yang terjebak oleh kebiasaan dan kepalsuan masyarakat, serta tentang seorang pemilik tanah yang filosofis (mirip sekali dengan Tolstoy), yang bekerja bersama-sama dengan para penggarap di ladang dan berusaha memperbarui hidup mereka.
Tolstoy tidak hanya menggali dari pengalaman hidupnya sendiri tetapi juga menciptakan tokoh-tokoh sesuai dengan gambarannya, seperti misalnya Pierre Bezukhov dan Pangeran Andrei dalam Perang dan Damai, Levin dalam Anna Karenina dan sampai batas tertentu, Pangeran Nekhlyudov dalam Kebangkitan.
Perang dan Damai umumnya dianggap sebagai salah satu novel terbesar yang pernah ditulis, luar biasa luasnya dan keutuhannya. Kanvasnya yang luas mencakup 580 tokoh cerita, banyak di antaranya historis, yang lainnya fiktif. Ceritanya beralih dari kehidupan keluarga ke markas besar Napoleon, dari istana Alexander I dari Rusia ke medan tempur dari Austerlitz dan Borodino. Buku ini ditulis dengan maksud menjelajahi teori sejarah Tolstoy, dan khususnya ketidakberarian pribadi-pribadi seperti Napoleon dan Alexander. Yang agak mengejutkan, Tolstoy tidak menganggap Perang dan Damai sebagai sebuah novel (ia pun tidak menganggap banyak fiksi besar Rusia lainnya yang ditulis pada masa itu sebagai novel). Pandangan ini menjadi kurang mengejutkan bila kita menganggap bahwa Tolstoy adalah seorang novelis dari aliran realis yang menganggap novel itu sebagai kerangka untuk mengkaji masalah-masalah sosial dan politik dalam kehidupan abad ke-19. Karena itu Perang dan Damai (sebetulnya Tolstoy ingin menulis sebuah epil dalam prosa) tidak memenuhi syarat. Tolstoy menganggap Anna Karenina sebagai novel pertamanya yang sesungguhnya, dan memang ini adalah salah satu yang terbesar di antara semua novel realis.
Setelah Anna Karenina, Tolstoy berkonsentrasi pada tema-tema Kristen, dan novel-novelnya yang belakangan, seperti misalnya Kematian Ivan Ilyich (1886) dan Jadi apa yang harus kita lakukan? mengembangkan suatu filsafat Kristen anarko-pasifis yang membuat ia dikucilkan dari Gereja Ortodoks pada 1901.

Bibliografi
•Masa Kanak-kanak (Детство [Detstvo]; 1852)
•Serangan (1852)
•Masa Kecil (Отрочество [Otrochestvo]; 1854)
•Remaja (Юность [Yunost']; 1856)
•Cerita-cerita Sevastopol (Севастопольские рассказы [Sevastolpolskye Rasskazi]; 1855–56)
•Kebahagiaan Keluarga (1859)
•Orang-orang Kosak (Казаки [Kazaki]; 1863)
•Ivan yang Bodoh: Kesempatan yang Hilang (1863)
•Polikushka (1863)
•Perang dan Damai (Война и мир [Voyna i mir]; 1865–69)
•Tawanan di Kaukasus (Кавказский Пленник; 1872)
•Romo Sergius (Отец Сергий; 1873)
•Anna Karenina (Анна Каренина; 1875–77)
•Sebuah Pengakuan (1882)
•Pejalan Kaki: Kisah Seekor Kuda (1864, 1886)
•Apa Yang Kupercayai (juga disebut Agamaku) (1884)
•Kematian Ivan Ilyich (Смерть Ивана Ильича [Smert Ivana Ilyicha]; 1886)
•Berapa Banyak Tanah yang Dibutuhkan Manusia? (1886)
•Kuasa Kegelapan (Власть тьмы [Vlast' t'my]; 1886), drama
•Buah-buah Kebudayaan (drama) (1889)
•Sonata Kreutzer dan cerita-cerita lain (Крейцерова соната [Kreutzerova Sonata]; 1889)
•Kerajaan Allah ada di Dalam Dirimu (terdapat dalam wikisource) (1894)
•Tuan dan Manusia dan cerita-cerita lain (1895)
•Injil Secara Singkat (1896)
•Apakah Seni Itu? (1897)
•Surat kepada Kaum Liberal (1898)
•Kebangkitan ([Voskresenie]; 1899)
•Mayat Hidup ([Zhivoi trup]; terbit 1911), drama
•Hadji Murad (ditulis pada 1896-1904, published 1912)

sumber asli
lihat juga

Minggu, 14 September 2008

Hendrik Marsman

Tiga Sajak untuk Orang Mati

I
Petang tiba;
remang turun samar-samar.
kucari damai yang menghilang dariku hari ini;
dan mau-tak-mau langkahku mengantar daku
ke pemakaman sunyi, tempat aku sesudah meninggalmu
datang tiap senja, papa dan seorang-diri.

mengapa? kutahu benar bahwa kau tak dapat kubangunkan
dan bahwa kau di sana dan aku di sini, terpisah oleh makam ini;
bahwa dari batu ini tak ada yang dapat kuperbantukan
dari keadaanmu yang tak mungkin berubah lagi.

orang mati adalah jauh dan dingin, dan penyair sunyi,
tapi saling didengarnya lagu mereka; aku menyanyi
dan kau dan aku menjadi bertalian lagi;
karunia – dan kutukan oleh gegabah hati –

jadi hindarkan nyanyian ini, maafkan, tetap nantikan daku;
doalah untukku setiap masa dari kekekalanmu,
agar perahuku ini dengan patahnya kekuatanku
tidak pecah terbelah waktu pantai nampak padaku.

II
Siang kesilauan matahari – bunga dan binatang
menggeliat dan berpusing dalam cahaya yang menyilaukan.
di atas bukit-bukit pada ujung sungai berbatang-batang
tamasya cemerlang menerawang bersinar-sinaran.

tapi di sini, di belakang air yang sejuk dan berpendar permai,
di mana cahaya siang menggubah bayangan hijau,
terbaringlah mayat-mayat bahu-membahu di bumi yang terbakar:
salah satu batu ini menudung kuburmu.

barangkali – pikirku – barangkali kita di kelak hari
berbunyi bersama bagai bidadari
berpakaian restu, dalam air yang sama
dua gelombang yang berbunyi sampai abadi.

kita akan tentram mengembara di tengah bunga-bunga
terlepas dari nafsu dan bebas dari dosa
dalam kebersihan-batin serta bahagia
yang melayang, melayang, dan tiada berkata…

tapi untuk apakah kupuji syukur ini sebelum matiku?
akulah sasaran untuk serba-lincah:
kadang kucari damai, kadang kutukan yang paling durhaka
lebih kusukai dari dirgahayumu yang suci –

begitu pun kini – mengapa tak bangkit engkau? tak sanggupkah aku
dengan matahari yang begini mengenangkan maut lama-lama;
berdirilah; supaya dapat kuberi kenikmatan kepadamu
lebih gemerlapan dan indah daripada kekelanmu!

III
Kadang, tengah mengembara di bukit-bukit kudengar suaramu –
lebih sering di tempat sunyi belum terjamah
di mana alam masih menggenggam sesuatu
dari kemurniannya purba-insani!

kadang di tepi air, kadang juga di hutan.
tetapi di batu karang dengan lumut lunak
yang mau-tak-mau mengingatkan pada rambutmu
jangan-jangan selalu kukenalmu kembali
dalam chuluk kijang yang larikan diri.

tapi untuk apakah kau sika aku? engkau tahu
aku belum ikhlas mati;
tak sanggup aku lepaskan diriku sendiri
atau gusarku dan berontakku ini.

barangkali aku laknat; kalau maut sekarang pun juga
tiba-tiba menyerang aku dari belakang,
maka aku mati bersama beratus-ratus orang
dan jatuh di Kepundan, panas dan merah.

dan di sana, justru di sana – bagai mangsa nyanyian setan –
masih terkejarlah aku oleh rajuk mustajab suaramu
lagu merdu, dahsyat untuk didengarkan
o, sangkakala yang lantang dari Jeruzalem baru.

Kamis, 11 September 2008

Rainer Maria Rilke

Autumn Day

Lord: it is time. The summer was immense.
Let thine shadows upon the sundials fall,
and unleash the winds upon the open fields.

Command the last fruits into fullness;
give them just two more ripe, southern days,
urge them into completion and press
the last bit of sweetness into the heavy wine.

He who has no house now, will no longer build.
He who is alone now, will remain alone,
will awake in the night, read, write long letters,
and will wander restlessly along the avenues,
back and forth, as the leaves begin to blow.



Love Song


How shall I hold on to my soul, so that
it does not touch yours? How shall I lift
it gently up over you on to other things?

I would so very much like to tuck it away
among long lost objects in the dark,
in some quiet, unknown place, somewhere
which remains motionless when your depths resound.
And yet everything which touches us, you and me,
takes us together like a single bow,
drawing out from two strings but one voice.
On which instrument are we strung?
And which violinist holds us in his hand?
O sweetest of songs



Autumn

The leaves are falling, falling as if from afar,
as if withered in the distant gardens of heaven;
with nay-saying gestures they fall.

And in the nights falls the heavy earth
from all the stars into loneliness.

We all are falling. This hand there falls.
And look at the other: it is in all of them.

And yet there is one, who holds all this
falling with infinite gentleness in his hands.

puisi Rilke lengkap

Sabtu, 19 Juli 2008

Fyodor Dostoyevsky

Karena sikapnya yang radikal dia dihapadkan di depan regu penembak untuk dijatuhi hukuman mati. Di sinilah dia mengucapkan perkataan yang terkenal, "Aku akan tetap memilih Kristus sekali pun Kristus berada di luar kebenaran." Namun kematian berpaling; dia lalu dibuang ke Siberia dan menjalani masa tahanan di sana.
Sebagai seorang sastrawan dan pemikir yang hidup pada masa di mana ilmu pengetahuan positiv berkembang, Dostoyevski dalam novel-novelnya banyak melakukan kritik terhadap pengagungan ilmu pengetahuan yang dinilai mampu merubah kedudukan agama. August Comte misalnya, membagi tingkat kebudayaan manusia menjadi tiga tingkatan, di mana sesudah zaman religius maka manusia akan memasuki zaman di mana ilmu pengetahuan dijadikan sebagai landasan kehidupan.
Paham-paham seperti inilah yang coba ditentang oleh Dostoyevski dalam novelnya "Notes from Underground". Dalam novel ini dia banyak mengungkapkan kenyataan yang sublim bahwa ilmu pengetahuan hanyalah sebagian kecil saja dari seluruh kehidupan manusia, hanya seperduapuluh dari kemungkinan manusia. Menurutnya, "Akal hanya bisa mengetahui apa yang bisa dipelajarinya." Sedangkan hati, bisa bertengkar keras sekali dengan akal, yang berarti melawan kehendak dari pikiran sehat atau dengan kata lain: menentang kesimpulan-kesimpulan yang dihasilkan dari ilmu pengetahuan dan logika.
Meski karakter tokoh dalam novel ini cenderung imoral-Iwan Simatupang dalam sebuah essainya menyebut tokoh dalam novel ini sebagai seorang yang sudah merosot moralnya, namun kita bisa mendapat banyak pengalaman batin yang luar biasa dari novel yang kaya akan unsur psikologis ini. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam novel sebagian besar bukanlah fakta-fakta riil yang dapat dilihat dengan mata dan diraba dengan tangan, tapi penuh dengan peristiwa-peristiwa batin. Budi Darma mengatakan, "Novel yang baik bukan novel yang kaya dengan tindakan jasmani, tapi yang kaya dengan berkelebatnya sekian pikiran." Dapat dikatakan bahwa novel Dostoyevski merupakan novel yang kaya dengan berkelebatnya sekian pikiran. Kita bisa melihat pikiran-pikiran apa saja yang berkelebat di dalam benak tokoh aku ketika dia berhadapan dengan sesuatu yang dipandangnya menjijikkan tapi sekaligus tidak berani dilawan dengan terbuka.
Di sini kita bertemu dengan seseorang yang pandangannya terhadap dunia luar begitu kelam, dan memandang orang lain dengan begitu hina. Dia, si tokoh aku, sering sekali menolak keberadaan manusia di sisinya, tapi di saat yang bersamaan-ketika keberadaannya di tengah-tengah manusia itu tidak mendapat perhatian-dia begitu ingin sekali menjadi akrab dengan mereka, berbicara dengan mesra, bahkan memeluk mereka semua sebagaimana layaknya orang yang sudah saling kenal begitu akrab.

laman